"Selamat Datang... Demi Perkembangan Blog Ini di Mohon Mengisi Form Komentar"

Sunday, November 22, 2009

Kristina Martha Tiyahahu


Kristina Martha Tiyahahu
Kristina Martha Tiyahahu dilahirkan di Nusa Laut,kepulauan Maluku pada tahun 1801. Beliau turut berjuang mendampingi ayahnya dalam pertempuran merebut benteng Beverwijk di Negeri Sila Leimatu. Pada tanggal 10 November 1817, Belanda berhasil merebut benteng Beverwijk. Beliau serta ayahnya dan beberapa orang pimpinan perlawanan tertangkap Belanda. Ayahnya dijatuhi hukuman mati. Kristina meminta kepada penguasa Belanda agar dia diperkenankan untuk menggantikan ayahnya menjalani hukuman mati tersebut namun permintaan itu ditolak. Tanggal 17 November, ayahnya menjalani hukuman mati tersebut. Dengan tenang Kristina menyaksikan hukuman mati tersebut. Tidak ada air mata yang menetes dari matanya. Setelah itu, beliau mengumpulkan para pengikutnya dan menyusun kekuatan, tetapi tertangkap pula sebelum mengobarkan perlawanan. Beliau dijatuhi hukuman dibuang ke Pulau Jawa, sebagai pekerja paksa di perkebunan kopi. Sebelum berangkat, beliau sempat dibujuk untuk bekerja sama dengan belanda, namun usul itu ditolak mentah mentah. Beliau jatuh sakit diatas kapal yang akan membawanya ke Pulau Jawa. Beliau menolak diobati oleh orang Belanda. Pada tanggal 1 Januari 1818 beliau meninggal dunia dalam perjalanan menuju Pulau Jawa. Jenazahnya dibuang di laut antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No 012/TK/Tahun 1969,tanggal 20 Mei 1969, beliau dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Saturday, November 14, 2009

Marsma TNI Anumerta R. Iswahyudi

Marsma TNI Anumerta R. Iswahyudi
Iswahyudi dilahirkan di Surabaya pada tanggal 15 Juli 1918. beliau menamatkan pendidikan HIS,MULO di Surabaya dan AMS di Malang. Beliau sempat mengikutin pendidikan di sekolah dokter di Surabaya namun tidak sampai selesai. Pada tahun 1941, beliau mengikuti pendidikan pada sekolah Penerbang di Kalijati Jawa Barat dan berhasil memperoleh Klein Militaire Brevet. Pada waktu Jepang, memasuki Indonesia. Pada bulan Maret 1942, beliau diungsikan oleh Pemerintah Belanda ke Australia. Pada tahun 1943, beliau melarikan diri dengan menggunakan perahu karet kembali ke Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, beliau ikut mempertahankan kemerdekaan dengan masuk AURI. Beliau juga pernah menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi, pada waktu itu organisasi di Sumatra belum tersusun dengan baik. Beliau pernah diangkat sebagai wakil AURI dalam Komandemen Tentara Sumatra, meskipun berbahaya, beliau pernah membuka hubungan dengan Luar Negeri guna mencari senjata dan batuan lainnya yang diperlukan dalam perjuangan. Pada bulan Desember 1947, bersama dengan Abdul Halim Perdanakusumah, beliau berangkat ke Bangkok untuk menjalankan tugas Negara. Pada tanggal 14 desember 1947, pesawat yang ditumpanginya mengalami kerusakan mesin. Pesawat itu jatuh dan hancur di Tanjung Hantu Malaysia. Lalu beliau dimakamkan di Luhut,Malaysia. Lalu pada tahun 1975, makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 063/TK.Tahun 1975,tanggal 9 Agustus 1975, beliau dianugerahi tanda kehormatan sebagai Pahwalan Nasional.


Nyi Ageng Serang


Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang dilahirkan di Serang,dekat Purwodadi,Jawa Tengah pada tahun 1752, dengan nama R.A Kursiah Retno Edhi. Ketika beliau sudah dewasa, beliau turut memimpin pasukan melawan Belanda, tetapi dalam pertempuran, beliau ditawan dan dibawa ke Yogyakarta, namun kemudian dikembalikan ke Serang. Pada waktu Perang Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, beliau menggabungkan diri dengan pasukan diponegoro dan diangkat sebagai pini sepuh disamping Pangeran Mangkubumi. Nasehat nasehat dari beliau selalu didengar oleh pasukan Diponegoro. Dengan pasukannya, beliau bergerak di derah Serang,Purwodadi,Gundih,Kudus,Demak,Juwana dan Semarang dan pernah pula di tugaskan mempertahankan daerah Prambanan. Karena beliau sudah berusia lanjut, pada setiap pertempuran, beliau selalu ditandu. Atas nasehatnya pula, pasukan Diponegoro memakai daun lumbu dalam pertempuran. Daun tersebut digunakan sebagai pelindung kepala dan juga untuk menyamar agar tidak mudah diketahui oleh musuh. Beliau mengundurkan diri dari medan pertempuran karena sudah terlalu tua dan lemah. Beliau wafat di Yogyakarta pada tahun 1828. berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No, 084/TK/Tahun 1974,tanggal 13 desember 1974, beliau dianugerahi Pahlawan Nasional.

Followers

Sumber Pengunjung yg Telah Membaca Blog ini

Pengunjung Sedang On-line
Total Pengunjung
Bunga-Bangsa.Blogspot.Com